Copyright © Prabu Satmata
Design by Dzignine
Minggu, 15 September 2013

Aku dan Tentang Keramat Gunung Kute



 
        Percaya atau pun tidak, namun inilah kenyataannya yang aku alami. Kisah ini terjadi beberapa tahun yang lalu, tatkala aku masih muda, sekarang pun masih muda, gagah dan kacak kok… kiks kiks….. Lanjut ke kisahku.. maka aku pun mengenal dan menjalin hubungan dengan seorang wanita yang waktu itu masih berstatus mahasiswi. Hubungan ini sangat mesra layaknya hubungan para remaja lainnya, sangat mesra sekali, aku masih ingat dia mengatakan bahwa rasa humor dan suka bercandaku yang membuat ia semakin sayang padaku,,, uhuiii…… tanpa terasa hubungan itu berjalan selama tujuh bulan lamanya… Tibalah masanya ia akan libur semester dan akan pulang ke kampung halamannya dalam waktu dekat sekitar 2 bulan lamanya. Aku cukup sedih dan merasa kehilangan sekali sewaktu ia pulang dan aku mengantarnya ke Airport….
      Selama beberapa minggu setelah kepulangannya aku mendapatkan sepucuk surat yang isinya cukup membahagiakanku dan menenangkan hatiku, komunikasi hanya bisa kami lakukan lewat surat menyurat mengingat waktu itu hp belum begitu familiar dan sinyal pun kadang tidak begitu kuat. Hari berganti hari, minggu berganti minggu dan  bulan pun berganti bulan, aku terus menghitung hari ibarat lagu Krisdayanti yakni “menghitung Hari”… hahaha.... dan aku mendapatkan informasi ia akan kembali ke Tanjungpinang dalam waktu dekat. Entah mengapa pada suatu malam aku pun bermimpi, di dalam mimpi itu aku sedang mendaki Gunung Kute yang kite cintai bersama, dan menjadi ikon kite sebagai orang Tambelan, bahkan kata orang-orang tua dulu kalau belum sampai ke Gunung Kute belum sampai ke Tambelan. Lanjut ke mimpiku, aku terus mendaki dan mendaki menuju ke puncak Gunung Kute tadi, sangat jelas sekali di dalam mimpi itu aku melihat diriku kelelahan dan beristirahat sambil memeluk Gunung Kute. Dan…. Entah mengapa tiba-tiba saja bagian batu dari Gunung Kute yang aku peluk itu tiba-tiba terpisah atau gepis bahasa kite orang Tambelan, dan bagian batu yang gepis itu lah yang menjadi peganganku aku pun terjatuh dari Gunung Kute sebelum mencapai puncaknya yang sekitar beberapa meter lagi akan sampai aku daki. Di dalam mimpi itu aku melihat sangat jelas sekali aku terjatuh dan bagian batu yang gepis (copot) itu menimpa diriku dan aku pun tewas seketika berlumuran darah.
Pulau Tambelan di lihat dari Seberang. Terlihat Gunung Kute dan Gunung Bini
         Tak lama aku pun terbangun dari mimpiku itu, seluruh tubuhku basah karena berkeringat, aku pun mengucapkan istighfar.. astaghfirullahal ‘adziem… aku memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung… kemudian aku pun pergi ke kamar kecil atau wc dan kebetulan di kamar kecil tersebut ada sebuah cermin, setelah becuas atau mencuci muka aku pun bercermin, alangkah terkejutnya aku,,, wajahku merah padam, wajahku yang semula bersih dan putih terlihat sangat merah, sangat pucat. Setelah itu aku pun ignin melanjutkan tidurku, dan aku pun melihat jam dinding ternyata jam 02. 05 dini hari. Aku pun kembali tidur. Aku memberanikan diri untuk menceritakan tentang mimpiku itu kepada orang tua yang sangat mengerti takwil tentang mimpi dan ia pun mengatakan kepadaku..”kawu ade cewek endak atau betunang ngan kanak empuan? Aku pun menjawab..”iya…” dan orang tua itu melanjutkan katanya…”tunang kawu ini lah endak kawu bise kawu harap lagik, jawaban hubungan kawu dengan die itu lah mimpi kawu te bakti hubungan itu endak bise kawu lanjutkan…. Betapa terkejutnya aku ketika mendapatkan jawaban itu… Seminggu setelah mimpiku itu yang aku tunggu-tunggu pun datang, sikapnya memang berubah dan sangat cuek kepadaku… Aku pun tidak kaget lagi, karena apa yang aku mimpikan seolah-olah memberitahukan terlebih dahulu kepadaku tentang kelanjutan hubunganku dengannya…. Kami pun bubar…. Kiks kiks kiks….. Setelah aku menceritakan hubungan itu kepada Mursyidku, sambil terpejam dan berdzikir, mursyidku pun membuka matanya dan berkata kepada ku, jangan putus asa akan ada yang lebih baik lagi dari yang baru lepas ini…. Dan… perjalanan pun berlanjut….

Demikianlah sekelumit cerita tentang Gunung Kute yang pernah aku alami tepatnya 6  tahun yang lalu atau sekitar tahun 2006. Sebelum mengakhiri kisah ini aku ingin bebagi sedikit, menurut keterangan nenekku yang merupakan adik dari Aki Ahmad Pawi batu Lepok yang juga sebagai orang yang di tuakan dan  yang menjadi juru kunci (yang nunggu/ merawat Keramat Gunung Kute tersebut) bahwa kita sebagai anak cucunya walaupun jauh berada di belahan bumi manapun namun keramat Gunung Kute selalu memantau kita, yang penting hati dan jiwa kita haruslah bersih agar bisa mengakses dan terhubung dengannya dan dengan  Duate Tambelan tersebut… Wallahu a’lam bishshawab, hari udah malam saya tak bisa jawab….
Hanya ingin berbagi bukan bermaksud menggurui….. 

Salam Bunda Pertiwi…..

2 komentar:

  1. waktu ke tambelan untuk pertamakali..di atas kapal yg baru sandar saya berpikir jika saya dapat jodoh orang tambelan dan ternyata jadi kenyataan.setahun kemudian saya menikah dgn orang asli tambelan meski menetap di tanjungpinang.salam kenal :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ibu Ruziana Ana, apa yang saya tulis di atas merupakan pengalaman yang saya alami waktu itu. Terima kasih telah bersedia memberi komentar pada blog saya yang sederhana ini, dan juga sedang belajar menulis. Dan juga selamat kepada ibu Ruziana Ana karena telah menikah dengan orang asli Tambelan. Salam Kenal.

      Hapus

Terima kasih atas kunjungan anda. Prabu Satmata merupakan blog yang penulis buat untuk menyalurkan minat terhadap karya tulis, hanya ingin berbagi bukan bermaksud ingin menggurui.