Percaya atau pun tidak, namun
inilah kenyataannya yang aku alami. Kisah ini terjadi beberapa tahun yang lalu,
tatkala aku masih muda, sekarang pun masih muda, gagah dan
kacak kok… kiks kiks….. Lanjut ke kisahku.. maka aku pun
mengenal dan menjalin hubungan dengan seorang wanita yang waktu itu masih
berstatus mahasiswi. Hubungan ini sangat mesra layaknya hubungan para remaja
lainnya, sangat mesra sekali, aku masih ingat dia mengatakan bahwa rasa humor dan
suka bercandaku yang membuat ia semakin sayang padaku,,, uhuiii…… tanpa terasa
hubungan itu berjalan selama tujuh bulan lamanya… Tibalah masanya ia akan libur
semester dan akan pulang ke kampung halamannya dalam waktu dekat sekitar 2
bulan lamanya. Aku cukup sedih dan merasa kehilangan sekali sewaktu ia pulang
dan aku mengantarnya ke Airport….
Selama beberapa minggu setelah kepulangannya
aku mendapatkan sepucuk surat yang isinya cukup membahagiakanku dan menenangkan
hatiku, komunikasi hanya bisa kami lakukan lewat surat menyurat mengingat waktu
itu hp belum begitu familiar dan sinyal pun kadang tidak begitu kuat. Hari
berganti hari, minggu berganti minggu dan
bulan pun berganti bulan, aku terus menghitung hari ibarat lagu Krisdayanti
yakni “menghitung Hari”… hahaha.... dan aku mendapatkan informasi ia akan
kembali ke Tanjungpinang dalam waktu dekat. Entah mengapa pada suatu malam aku
pun bermimpi, di dalam mimpi itu aku sedang mendaki Gunung Kute yang kite
cintai bersama, dan menjadi ikon kite sebagai orang Tambelan, bahkan kata
orang-orang tua dulu kalau belum sampai ke Gunung Kute belum sampai ke
Tambelan. Lanjut ke mimpiku, aku terus mendaki dan mendaki menuju ke puncak
Gunung Kute tadi, sangat jelas sekali di dalam mimpi itu aku melihat diriku
kelelahan dan beristirahat sambil memeluk Gunung Kute. Dan…. Entah mengapa
tiba-tiba saja bagian batu dari Gunung Kute yang aku peluk itu tiba-tiba
terpisah atau gepis bahasa kite orang Tambelan, dan bagian batu yang gepis itu
lah yang menjadi peganganku aku pun terjatuh dari Gunung Kute sebelum mencapai
puncaknya yang sekitar beberapa meter lagi akan sampai aku daki. Di dalam mimpi
itu aku melihat sangat jelas sekali aku terjatuh dan bagian batu yang gepis (copot) itu
menimpa diriku dan aku pun tewas seketika berlumuran darah.![]() |
| Pulau Tambelan di lihat dari Seberang. Terlihat Gunung Kute dan Gunung Bini |
Tak lama aku pun
terbangun dari mimpiku itu, seluruh tubuhku basah karena berkeringat, aku pun
mengucapkan istighfar.. astaghfirullahal ‘adziem… aku memohon ampun kepada
Allah yang Maha Agung… kemudian aku pun pergi ke kamar kecil atau wc dan
kebetulan di kamar kecil tersebut ada sebuah cermin, setelah becuas atau
mencuci muka aku pun bercermin, alangkah terkejutnya aku,,, wajahku merah
padam, wajahku yang semula bersih dan putih terlihat sangat merah, sangat
pucat. Setelah itu aku pun ignin melanjutkan tidurku, dan aku pun melihat jam
dinding ternyata jam 02. 05 dini hari. Aku pun kembali tidur. Aku memberanikan
diri untuk menceritakan tentang mimpiku itu kepada orang tua yang sangat
mengerti takwil tentang mimpi dan ia pun mengatakan kepadaku..”kawu ade cewek
endak atau betunang ngan kanak empuan? Aku pun menjawab..”iya…” dan orang tua
itu melanjutkan katanya…”tunang kawu ini lah endak kawu bise kawu harap lagik,
jawaban hubungan kawu dengan die itu lah mimpi kawu te bakti hubungan itu endak
bise kawu lanjutkan…. Betapa terkejutnya aku ketika mendapatkan jawaban itu…
Seminggu setelah mimpiku itu yang aku tunggu-tunggu pun datang, sikapnya memang
berubah dan sangat cuek kepadaku… Aku pun tidak kaget lagi, karena apa yang aku
mimpikan seolah-olah memberitahukan terlebih dahulu kepadaku tentang kelanjutan
hubunganku dengannya…. Kami pun bubar…. Kiks kiks kiks….. Setelah aku
menceritakan hubungan itu kepada Mursyidku, sambil terpejam dan berdzikir,
mursyidku pun membuka matanya dan berkata kepada ku, jangan putus asa akan ada
yang lebih baik lagi dari yang baru lepas ini…. Dan… perjalanan pun berlanjut….
Demikianlah sekelumit cerita
tentang Gunung Kute yang pernah aku alami tepatnya 6 tahun yang lalu atau sekitar tahun 2006.
Sebelum mengakhiri kisah ini aku ingin bebagi sedikit, menurut keterangan
nenekku yang merupakan adik dari Aki Ahmad Pawi batu Lepok yang juga sebagai
orang yang di tuakan dan yang menjadi
juru kunci (yang nunggu/ merawat Keramat Gunung Kute tersebut) bahwa kita
sebagai anak cucunya walaupun jauh berada di belahan bumi manapun namun keramat
Gunung Kute selalu memantau kita, yang penting hati dan jiwa kita haruslah
bersih agar bisa mengakses dan terhubung dengannya dan dengan Duate Tambelan tersebut… Wallahu a’lam
bishshawab, hari udah malam saya tak bisa jawab….
Hanya ingin berbagi bukan
bermaksud menggurui…..
Salam Bunda Pertiwi…..


waktu ke tambelan untuk pertamakali..di atas kapal yg baru sandar saya berpikir jika saya dapat jodoh orang tambelan dan ternyata jadi kenyataan.setahun kemudian saya menikah dgn orang asli tambelan meski menetap di tanjungpinang.salam kenal :)
BalasHapusIbu Ruziana Ana, apa yang saya tulis di atas merupakan pengalaman yang saya alami waktu itu. Terima kasih telah bersedia memberi komentar pada blog saya yang sederhana ini, dan juga sedang belajar menulis. Dan juga selamat kepada ibu Ruziana Ana karena telah menikah dengan orang asli Tambelan. Salam Kenal.
Hapus